Dedikasi Seorang Imam Keluarga
Kau berangkat mengadu nasib di kota
Membelah ramainya kota dengan sebuah motor butut
Teriknya matahari tak menghalangi tekadmu
Derasnya persaingan di kota tak menciutkan nyalimu
Kau korbankan semuanya demi keluargamu
Kau dedikasikan hidupmu semata – mata untuk anak istrimu
Perjuanganmu tanpa batas…
Kau selalu meminta petunjuk yang di atas
Disaat cucuran keringat mengaliri pipimu
Disaat tulang – tulangmu ingin lepas
Kau tetap bertahan menjadi seorang kuli bangunan
Sebuah pekkerjaan yang tidak mudah disaat usiamu setengah abad
Namun kau tetap bertanggung jawab
Menghidupi keluargamu…
Yang menanti sesuap nasi darimu
Walau sendi – sendimu sudah letih dengan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar