Halaman

Jumat, 04 Februari 2011

Dunia Harus Menjadi Milikku

Dunia Harus Menjadi Milikku
Terkadang aku terdiam membisu..
Terkadang aku tak dapat menahan tangis..
Terkadang aku terkapar di tengah kota..
Walau hati bergejolak…
Namun sayang, jiwa ini tak mampu beranjak
                                   Aku sadar aku bukan orang berada
                                   Aku sadar aku bukan orang sempurna
                                   Karena memang bukan manusia yang sempurna
                                   Tapi satu yang pasti, jangan remehkan aku seperti ini
Disaat semua orang tertawa bahagia
Disaat semua orang berdiri dengan tegak
Aku justru terbelenggu..
Terbelenggu oleh caci maki mereka
                                   Aku tak mau menjadi bahan ejekan
                                   Aku tak mau hidup seperti ini terus
                                   Aku  harus mampu bangkit
                                   Bangkit mengejar impiaanku yang telah terkubur
                                   Mengeliingi dunia dengan impian setinggi lagit
                                   Memeluk dunia dengan usaha yang ka ku bangun

Dedikasi Seorang Imam Keluarga

Dedikasi Seorang Imam Keluarga
Kau berangkat mengadu nasib di kota
Membelah ramainya kota dengan sebuah motor butut
Teriknya matahari tak menghalangi tekadmu
Derasnya persaingan di kota tak menciutkan nyalimu
                             Kau korbankan semuanya demi keluargamu
                            Kau dedikasikan hidupmu semata – mata untuk anak istrimu
                            Perjuanganmu tanpa batas…
                            Kau selalu meminta petunjuk yang di atas
Disaat cucuran keringat mengaliri pipimu
Disaat tulang – tulangmu ingin lepas
Kau tetap bertahan menjadi seorang kuli bangunan
Sebuah pekkerjaan yang tidak mudah disaat usiamu setengah abad
                            Namun kau tetap bertanggung jawab
                            Menghidupi keluargamu…
                            Yang menanti sesuap nasi darimu
                            Walau sendi – sendimu sudah letih dengan ini.

Dedikasi Seorang Imam Keluarga

Dedikasi Seorang Imam Keluarga
Kau berangkat mengadu nasib di kota
Membelah ramainya kota dengan sebuah motor butut
Teriknya matahari tak menghalangi tekadmu
Derasnya persaingan di kota tak menciutkan nyalimu
                             Kau korbankan semuanya demi keluargamu
                            Kau dedikasikan hidupmu semata – mata untuk anak istrimu
                            Perjuanganmu tanpa batas…
                            Kau selalu meminta petunjuk yang di atas
Disaat cucuran keringat mengaliri pipimu
Disaat tulang – tulangmu ingin lepas
Kau tetap bertahan menjadi seorang kuli bangunan
Sebuah pekkerjaan yang tidak mudah disaat usiamu setengah abad
                            Namun kau tetap bertanggung jawab
                            Menghidupi keluargamu…
                            Yang menanti sesuap nasi darimu
                            Walau sendi – sendimu sudah letih dengan ini.

Sosok yang Selalu Diingat

             
Sosok yang sederhana, bijaksana, dan setia. Semua karakter itu teraarah kepada sosok beliau. Kami biasa menyebutnya dengan  “Mbah Maridjan”. Sosok yang mengorbankan hidupnya demi kewajiban yang harus dilakukan. Sewakt mendiang, Sri Sultan Hamengku Buwono IX memberinya tugas untuk menjaga Gunung Merapi. Tugas itu dijalankannya dengan penuh keikhlasan. Bahkan beliau yang senantiasa sabar dan teguh menghadapi Gunung Merapi, harus  “wafat” karena amukan gunung teraktif di dunia itu.
Beliau tidak hanya setia dengan kewajibannya menjaga dan merawat Gunung Merapi, namun beliau juga begitu setia dengan istri tercintanya. Karena semua semua karakter yang beliau miliki, ada salah satu musisi yang menciptakan sebuah lagu dengan Mbah Maridjan sebagai objeknya. Berikut penggalan lagu tersebut:
Mbah Maridjan… roso…roso
Mbah Maridjan… roso…roso
Mbah Maridjan pancen roso…
Hampir semua orang dibuatnya terkesima oleh sifat yang beliau punya, Namun sayang, kini beliau sudah tiada. Semoga dikemudian hari ada Maridjan – Maridjan lagi untuk memimpin negeri ini. Doa kami menyertaimu..

Kemenangan Membawa Kebanggaan


          Bel sekolah telah berbunyi meskipun jam baru menunjukkan pukul 10.00. Akan tetapi, bel tersebut adalah sebuah pertanda bahwa pembelajaran pada hari Rabu telah usai. Pembelajaran hari  itu disudahi lebih awal karena ada berita duka bahwasanya  mertua dari Guru Fisika SMA N 1 Sewon, yaitu Ibu Alex telah meninggal. Semua murid sangat senang. Namun mereka senang bukan karena mertua Ibu Alex meninggal, namun karena mereka pulang  lebih awal. Tak terkecuali Anis, Angga, Ayuk, Dwi, dan Rina, juga ikut senang. Kelima cewek itu merupakan penghuni kelas paling rame yaitu XI IPA 1. Pada hari itu mereka akan bertanding footsal melawan siswa putri dari  kelas XI IPA 3. Kelima anak itu memompa semangat seluruh siswi kelas XI IPA 1 untuk datang di pertandingan footsal nanti sebagai pemain maupun supporter.
          Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Pertandingan footsal pun segera dimulai. Satu per satu siswi kelas XI IPA 1 berdatangan. Awalnya nyali kami menciut karena lawan membawa banyak supporter. Tidak hanya siswa putri, tapi  para siswa putra IPA 3 juga datang. Bahkan salah satu dari mereka membawa ketipung untuk meramaikan pertandingan itu. Berbeda dengan siswa putra XI IPA 1 yang absen pada pertandingan ini. Mungkin karena setelah pulang sekolah, mereka juga bertanding footsal dengan kelas X D jadi mereka merasa lelah.
Pada saat pertandingan dimulai, para supporter siswa XI IPA 3 terus bertetiak.
“ Twister… twister..twister”.
Gol pertama dicetak oleh pemain XI IPA 1. Saat itu gol pertama disumbangkan oleh Rita Wahyuni. Kemudian gol kedua disumbangkan oleh Anis. Selanjutnya gol ke tiga, empat, dan lima juga disumbangkan oleh Anis.
          Satu jam sudah berlalu. Peluit pun dibunyikan untuk mengakhiri pertandingan. Para siswi  XI IPA 1 bersorak sorai gembira karena kami menang dengan skor akhir 5-4.
Usaha kami terbayar dengan kemenangan ini. Tentunya kemenangan ini tidak lepas dari dukungan teman – teman yang lain. Walaupun guru – guru mengatakan bahwa kelas XI IPA 1 adalah kelas paling rame dari kelas IPA lainnya, tapi kami mempunyai kemampuan dan semangat untuk menjadi juara. Selain siswa putri IPA 1 berhasil mengalahkan IPA 3, kami juga dapat ‘membalas dendamkan’ kekalahan  siswa putra dengan siswa putra IPA 3. So, dengan alasan seperti itu kemenangan ini adalah suatu kebanggaan untuk kami. JJJ